Kamis, 06 Mei 2010

Psikologi Anak (Perkembangan Emosi Anak)

Perkembangan Emosi Anak

Pengertian Emosi

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya. Emosi diwakili oleh perilaku yang mewakili (mengekspresikan) kenyamanan atau ketidaknyamanan dari keadaan atau interaksi yang sedang individu alami. Emosi adalah suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, persaan , nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap (Daniel Goleman,1995). Emosi adalah warna dan musik kehidupan. Emosi pula yang mengikat orang untuk hidup berdampingan.

Macam-Macam Emosi

1. Emosi spesifik dan tidak spesifik, contohnya emosi yang spesifik (sedih, marah, senang) sedangkan contoh emosi yang tidak spesifik (hampa, tidak nyaman).

2. Intensitas (lemah dan kuat), contohnya seperti anak memperoleh hadiah maka ia akan loncat-loncat kegirangan dan merasa senang (intensitas yang lebih besar).

3. Klasifikasi (positif dan negatif), contohnya emosi yang positif (gembira, senang) dan emosi yang negatif (marah, sebel, jengkel, sedih).

Konsep Perkembangan Emosi

1. Pengaturan Emosi (Emotional Regulation)

2. Kompetensi Emosi (Emotional Competence)

Kita melihat bayi yang menagis keras-keras dan tidak terkontrol atau balita maupun batita yang menangis dan ngambek (tantrum) sebagai suatu hal yang biasa dan normal. Tetapi akan sangat berbeda jika kasusnya kita melihat hal tersebut terjadi pada orang tua kita. Kemampuan untuk mengontrol emosi sangat penting dari perkembangan emosi (Denham dkk,2003). Pengaturan emosi (emotional regulation) terdiri dari kemampuan untuk mengatur rangsangan (arousal) dalam rangka beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif.

Beberapa trend yang berhubungan dengan pengaturan emosi selama masa anak-anak adalah (Einsenberg, 1998, 2001):

· Berasal dari sumberdaya eksternal ke internal. Disini orang tua yang berperan penting pada pengaturan emosi anak mereka terutama saat bayi. Ketika anak bertambah usia, mereka mulai melakukan pengaturan mandiri (self regulation) terhadap emosi mereka.

· Strategi kognitif. Strategi kognitif untuk pengaturan emosi seperti berpikir positif tentang situasi, penghindaran kognitif (cognitive avoidance), dan pengalihan atensi yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia (Eisenberg, 1998). Contoh dari pengalihan atensi seperti kita jengkel terhadap orang lain maka kita akan malas dan menghindar untuk bertemu dengan orang itu.

· Rangsangan emosi (emotional arousal). Seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan seorang anak akan dapat mengontrol rangsangan emosinya (misal mengontrol rasa marah).

· Memilih dan mengatur konteks hubungan. Dengan bertambahnya usia anak, akan dapat memilih dan mengatur situasi dan hubungan sosial sehingga mengurangi emosi yang negatif.

· Coping terhadap stress. Dengan bertambah usia, anak akan lebih mampu untuk mengembangkan strategi coping stress yang lebih baik.

Peran Orang Tua Dalam Mengatur Emosi

Pendekatan orang tua dalam mengatur emosi dapat dibagi dua yaitu:

1. Emotion Coaching, dimana orang tua akan memonitor emosi anak mereka, melihat emosi negatif yang dialami anak sebagai kesempatan untuk mengajarkan anak tersebut, membantu member label terhadap emosi tersebut dan melatih anak untuk menghadapi emosi itu secara efektif.

2. Emotion Dismissing, orang tua akan menolak, mengabaikan, atau mengubah emosi negatif.

Jika dibandingkan dengan anak yang orang tuanya memiliki pendekatan emotion dismissing, anak dengan orang tua yang berpendakatan emotion coaching akan lebih baik dalam menenangkan diri mereka, ketika kecewa, dalam mengatur emosi negatif, dan juga memfokuskan atensi mereka.

PERKEMBANGAN EMOSI PADA MASA BAYI

Terdapat 2 klasifikasi emosi:

a. Emosi Primer, emosi yang muncul pada manusia atau binatang. Yang termasuk emosi primer antara lain terkejut, tertarik, senang, marah, sedih, dan takut. Semua emosi ini akan muncul pada usia 6 bulan pertama.

b. Emosi yang Disadari (self conscious emotions), yang memerlukan kognisi, terutama kesadaran diri. Yang termasuk pada klasifikasi ini adalah empati, cemburu, dan kebingungan yang muncul pada satu setengah tahun pertama. Selain itu ada bangga, malu, dan rasa bersalahyang mulai muncul pada usia dua setengah tahun pertama.

Kemampuan bayi mengomunikasikan emosi mereka memungkinkan interaksi timbal balik dengan pengasuh atau orang tua mereka dan menumbuhkan ikatan emosional diantara mereka. Tangisan dan senyuman adalah ekspresi emosi yang ditampilkan oleh bayi ketika mereka berinteraksi dengan orang tua, dan itu merupakan bentuk komunikasi emosional awal dari bayi.

Menangis adalah mekanisme penting yang dimiliki anak yang baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Tangisan pertama dari bayi menunjukkan bahwa paru-parunya telah berisi udara. Tangisan juga memberikan informasi mengenai sistem saraf pusat pada bayi. Terdapat 3 jenis tangisan bayi :

1. Tangisan Biasa adalah pola ritmis yang biasanya terdiri dari tangisan, diikuti oleh periode diam yang singkat, diikuti oleh desisan singkat lalu tangisan bernada lebih tinggi dari tangisan awal, lalu istirahat sejenak sebelum diikuti dengan set berikutnya. Beberapa ahli masalah bayi percaya bahwa rasa lapar adalah salah satu kondisi yang menyebabkan tangisan ini.

2. Tangisan Marah adalah beberapa variasi tangisan biasa dengan lebih banyak udara yang dipaksa melewati pita suara.

3. Tangisan Kesakitan adalah tangisan yang tiba-tiba yang keras dan panjang, diikuti dengan menahan nafas, tidak ada rengekan awal sebelum tangisan ini. Biasanya disebabkan oleh stimulus dengan intensitas tinggi.

SENYUMAN

Tersenyum juga merupakan carapenting dari seorang bayi untuk mengomunikasikan emosi. Ada dua macam senyuman pada bayi:

Ø Senyuman Refleksif, senyuman yang tidak disebabkan oleh stimulus eksternal dan muncul pada masa 1 bulan awal sesudah kelahiran, biasanya pada saat tidur.

Ø Senyuman Sosial, senyuman yang muncul karena stimulus eksternal, biasanya adalah wajah yang dilihat oleh bayi yang masih muda.

Ketakutan adalah salah satu emosi awal pada bayi. Yang biasanya mulai muncul pada usia 6 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 18 bulan, ekspresi ketakutan yang paling sering muncul biasanya berkaitan dengan kecemasan pada orang asing (stranger anxiety), dimana seorang bayi menunjukkan ketakutan dan kegelisahan terhadap orang asing.

Referensi sosial, bayi tidak saja mengekspresikan emosi misalnya rasa takut tetapi juga “membaca” tanda emosi pada orang lain. Referensi sosial adalah cara “membaca” petunjuk emosional dari orang lain sebagai referensi bagaimana berperilaku dalam situasi tertentu. Perkembangan dalam aspek referensi sosial ini membantu bayi menginterpretasi situasi ambigu secara lebih akurat. Misalnya ketika mereka berhadapan dengan orang asing, apakah mereka harus merasa takut atau tidaknya terhadap orang tersebut.

PERKEMBANGAN EMOSI PADA MASA KANAK-KANAK AWAL

Seorang anak yang masih belia dalam kehidupan sehari-harinya juga mengalami berbagai macam emosi, sama seperti orang dewasa. Pada saat itu mereka juga belajar memahami perasaan dan reaksi emosional orang lain. Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka.

Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukse melakukan perilaku tertentu (Lewis, 2002). Rasa bangga sering kali diasosiasikan dengan pencapaian tujuan tertentu.

Rasa malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu (Lewis, 2002). Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut. Rasa malu biasanya berhubungan dengan serangan terhadap self dan dapat mengakibatkan kebingungan dan membuat anak tidak mampu berkata-kata. Rasa malu bukan merupakan hasil dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian tertentu.

Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan (Lewis, 2002). Perasaan malu dan bersalah memiliki karakteristik fisik yang berbeda. Ketika seorang anak menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah mengecilkan diri mereka seperti ingin bersembunyi, sedangkan ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kesalahan mereka.

PERKEMBANGAN EMOSI MASA KANAK-KANAK AKHIR

Berikut ini adalah beberapa perubahan yang penting dalam perkembangan emosi pada masa kanak-kanak madya dan akhir. (Kuebli, 1994; Wintre & Vallance, 1994).

ü Peningkatan kemampuan untuk memahami emosi kompleks, misalnya kebanggaan dan rasa malu. Emosi–emosi ini menjadi lebih terintenalisasi (self generated) dan terintegrasi dengan tanggung jawab personal.

ü Peningkatan pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu.

ü Peningkatan kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif.

ü Penggunaan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu, seperti mengalihkan atensi atau pikiran ketika mengalami emosi tertentu.

Sumber : (J.W. Santrock, 2007)

2 komentar: